Jelajah Gunung Patuha - Tebing Sunan Ibu (Bag.2)

Daftar Isi artikel ini [Tampil]
Sekitar pukul 08.30 saya sudah berada di pos kedua areal parkiran Kawah Putih kendaraan saya parkiran disini, mengingat jalur untuk menuju ke tebing tidak memunginkan untuk kendaraan. Dari parkiran saya lanjutkan perjalanan ke tebing dengan jalan kaki, menempuh jalan setapak dengan dihiasi batu kerikil pegunungan.


Perjalanan yang cukup menanjak ditemani aroma khas bau belerang menusuk hidung sampai paru-paru yang lumayan membuat nafas sedikit tergesa.

FYI : Konon Katanya jika dilihat dengan mata bathin di daerah pos ketiga ini batu koral sepanjang jalan yang kita lalui itu semuanya adalah Emas 24 karat dan Berlian yang ada di Gunung Patuha, sedangkan bau belerang adalah bau wewangian parfum dari Sunan Ibu itu sendiri.

Setelah 20 menit berjalan akhirnya saya tiba di pos ketiga.

Di Pos Ketiga ini adalah sebuah hamparan luas ladang yang di hiasi rumput ilalang yang tumbuh liar, dipos ketiga ini terdapat sebuah waduk buatan yang khusus menampung air pembuangan akhir PLTU Keuneung.

Air yang ada di waduk ini berwarna hitam pekat dengan kedalaman yang belum diketahui. Konon kata orang yang "bisa" jika dilihat dengan mata bathin waduk ini adalah tempat pembuangan orang orang semasa hidupnya memilih jalur hitam untuk mendapatkan kekayaan dunia.
Di pos ketiga saya memutuskan untuk istirahat sejenak sekitar 15 menit sekedar untuk minum air yang dibawa dari rumah, sekedar info di kawasan ini mulai susah untuk mendapatkan air bersih dan tidak adanya warung penjual makanan yang tersedia disini. Maka dari itu saya harus berhemat perbekalan mengingat ini belum sampai ke Puncaknya.

Oke tidak terasa pos ketiga telah dilalui selanjutnya saya akan langsung naik ke pos empat yaitu tujuan utama saya Tebing Sunan Ibu, sebelum melanjutkan ke puncak, Perjalanan saya sedikit terhenti dengan kedatangan seseorang dari pos penjagaan waduk

"Barade angkat kamarana mang!!?", (mau pergi kemana pak!!?) sapa dengan bahasa sunda yang sopan bertanya kepada kami berempat, "Bade angkat ka pasunanan ibu, kang.." (mau pergi ke Tebing Sunan Ibu Kang..) jawab kami, "oh muhun mangga kade nya cing tarati! nyungken widi heula, sok sing salamet ku amang doakeun!" (oh iya silakan hati-hati ya harus teliti! minta ijin dahulu, didoakan semoga selamat!).

Sebuah sapaan yang cukup bersahabat namun mengandung pertanyaan bagi saya pribadi.

Sapaan yang bersahabat namun mengandung misteri? apa maksudnya, ingin tahu? langsung aja yu lanjut di Bagian ketiga.

Rekomendasi Untuk Kamu × +

Langganan segera, jangan sampai tertinggal postingan dari Jejakumurku. Yang berlangganan semoga murah rejeki aamiin.

Rekomendasi Untuk Kamu × +

0 Response to "Jelajah Gunung Patuha - Tebing Sunan Ibu (Bag.2)"

Post a Comment

Kemon komen dong biar makin rame. Biar berasa ada yang baca sih wkwk

nb : yang mau komentar harus punya akun gmail.